Tuesday, March 23, 2010

cerita lama

Hey kawan, mari kuceritakan sebuah kisah tentang seorang gadis kecil yang pernah kukenal. Dia anak yang pendiam, tapi dia sangat suka bermain bersama teman-temannya, meskipun dia tahu tidak ada satu pun dari mereka yang bisa disebut seorang sahabat. Tak apalah, kata dia waktu itu, yang penting dia bisa bermain. Meskipun hanya dengan sedikit teman yang dia punya.
Gadis kecil itu masih duduk di bangku sekolah dasar, tapi dia sudah harus menghadapi situasi sulit yang bahkan belum bisa dia mengerti. Dia hanya tahu sekarang rumah besar yang ia tinggali sejak ia lahir menjadi sepi. Mungkin ia terlalu polos, atau mungkin masih terlalu kecil, untuk menyadari yang sebenarnya. Tapi kemudian, dia akhirnya sadar satu hal. Kemana laki-laki yang dia sebut ayah? Saat itu dia tidak peduli. Dia tidak pernah peduli apapun. Dia tidak peduli dengan sekitarnya, bahkan dengan dirinya sendiri. Pikirannya terlalu sederhana.

Bulan demi bulan berlalu. Mungkin sudah mencapai hitungan tahun. Sepertinya dia mengerti sesuatu. Keadaan memang jauh berbeda dengan dulu. Akhirnya dia mengerti sedikit demi sedikit tentang keputusan dua orang dewasa itu. Dia marah. Pada orang-orang dewasa, pada keadaan, pada Tuhan. Dia iri melihat yang lain, yang tidak harus ada di posisinya. Bertahun-tahun dia bersikap seolah dia seperti yang lain. Dia menolak mempunyai garis hidup berbeda. Dia berusaha terlihat normal, hingga kadang ia bicara bohong.

Tahun demi tahun berlalu. Dia mulai sadar, bukan hanya dia yang ada dalam posisi itu. Banyak anak seperti dia. Dia mulai menerima keadaannya dan mengerti keputusan mereka. Butuh bertahun-tahun untuk menerima dan mengerti. Mungkin memang waktu yang membantunya mulai mengerti. Dan waktu lah yang mengubah semuanya, karena bagaimanapun ia mulai beranjak dewasa.

Kau tau kawan? Meskipun ia sudah mengerti dan bisa menerima, ia tak pernah tahu kenyataannya. Tapi dia sudah cukup puas dan bersyukur dengan keadaan saat ini. Semuanya berjalan baik, sebagaimana seharusnya. Dan dia tahu, semuanya patut disyukuri.

0 comments: