Istana Bogor merupakan salah satu dari 6 istana Presiden
Republik Indonesia, yang memiliki keunikan tersendiri dari segi historis, selain
itu juga terdapat rusa di halaman Istana Bogor yang menjadi ciri khas bangunan
historis ini. Istana ini terletak di Jalan Ir. H. Juanda No.1, Kelurahan
Paledang, Kecamatan Kota Bogor Tengah, Kota Bogor.
Sejarah
Istana Bogor dulunya bernama Buitenzorg atau Sans Souci yang
berarti "tanpa kekhawatiran". Sejak tahun 1870 hingga 1942, Istana
Bogor merupakan tempat kediaman resmi dari 38 Gubernur Jenderal Belanda dan
satu orang Gubernur Jenderal Inggris.
Lukisan Istana Bogor karya Noord J.Rach (sumber)
Pada tahun 1744, Gubernur Jenderal Gustaaf Willem Baron Van
Imhoff menemukan sebuah kampung kecil di Bogor yang bernama Kampung Baru,
sebuah wilayah bekas Kerajaan Pajajaran yang terletak di hulu Batavia. Van
Imhoff mempunyai rencana membangun wilayah tersebut sebagai daerah pertanian
dan tempat peristirahatan bagi Gubernur Jenderal.
Pada tahun 1870, Istana Buitenzorg dijadikan tempat kediaman
resmi dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Penghuni terakhir Istana
Buitenzorg itu adalah Gubernur Jenderal Tjarda van Starkenborg Stachourwer yang
terpaksa harus menyerahkan istana ini kepada Jenderal Imamura, pemeritah
pendudukan Jepang.
Istana Bogor sebelum gempa (sumber)
Kemudian pada 1950, setelah masa kemerdekaan, Istana
Kepresidenan Bogor mulai dipakai oleh pemerintah Indonesia, dan resmi menjadi
salah satu dari Istana Presiden Indonesia.
Istana Bogor terkadang menjadi tempat perhelatan pertemuan internasional
ataupun acara kenegaraan lainnya. Dalam rangka hari ulang tahun kota Bogor, istana
ini dibuka untuk umum.
Langgam Bangunan
Awalnya Istana Bogor merupakan bangunan 3 tingkat yang
dibangun pada bulan Agustus 1744, diperuntukkan sebagai rumah peristirahatan. Van
Imhoff sendiri yang membuat sketsa dan membangunnya dari tahun 1745-1750,
mencontoh arsitektur Blehheim Palace, kediaman Duke Malborough, dekat kota
Oxford di Inggris.
Musibah datang pada tanggal 10 Oktober 1834, terjadi
gempa bumi akibat meletusnya Gunung Salak, menyebabkan istana tersebut rusak
berat. Pada tahun 1850, Istana Bogor dibangun kembali, tetapi tidak
bertingkat lagi karena disesuaikan dengan situasi daerah yang sering gempa itu.
Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Albertus Jacob Duijmayer van Twist
(1851-1856) bangunan lama sisa gempa itu dirubuhkan dan dibangun dengan
mengambil arsitektur Eropa abad ke-19.
Kerusakan Istana Bogor akibat gempa vulkanik (sumber)
Berangsur angsur, perubahan-perubahan kepada bangunan awal
dilakukan selama masa Gubernur Jenderal Belanda maupun Inggris (Herman Willem
Daendels dan Sir Stamford Raffles), bentuk bangunan Istana Bogor telah
mengalami berbagai perubahan, sehingga yang tadinya merupakan rumah
peristirahatan berubah menjadi bangunan istana paladian dengan luas halamannya
mencapai 28,4 hektar dan luas bangunan 14.892 m².
Istana Bogor setelah pemugaran (sumber)
Interior
Istana Bogor mempunyai bangunan induk dengan sayap kiri
serta kanan. Keseluruhan kompleks istana mencapai luas 1,5 hektar. Bangunan induk Istana Bogor terdiri dari:
- Gedung Induk, terdiri dari 8 ruang, yaitu :
- Ruang Garuda yang berfungsi sebagai Ruang Resepsi, disini juga pertemuan - pertemuan besar dapat dilaksanakan.
- Ruang Teratai yang berfungsi sebagai ruang penerimaan tamu.
- Ruang Film pernah berfungsi sebagai ruang pemutaran film pada masa Presiden Soekarno.
- Ruang Makan yang berfungsi sebagai ruang makan utama.
- Ruang Kerja Presiden yang pernah berfungsi sebagai tempat bekerja Presiden Soekarno.
- Ruang Perpustakaan yang pernah berfungsi sebagai ruang perpustakaan Presiden Soekarno.
- Ruang Famili dan Kamar Tidur yang berfungsi sebagai tempat / ruang tunggu Presiden jika akan mengikuti aneka acara di Ruang Garuda.
- Ruang Tunggu Menteri yang berfungsi sebagai ruang tunggu para menteri jika mereka akan mengikuti acara - acara di Ruang Garuda.
- Gedung Utama Sayap Kiri, terdiri dari 2 ruang, yaitu :
- Ruang Panca Negara, yang pernah berfungsi sebagai ruang Konferensi Panca Negara / persiapan Konferensi Asia Afrika di Bandung,
- Ruang Tidur dan Ruang Tengah, yang difungsikan sebagai tempat menginap Presiden, tamu negara dan tamu agung.
- Gedung Utama Sayap Kanan, berfungsi sebagai tempat menginap para Presiden sebagai tamu negara berikut tamu - tamu negara, dan tamu - tamu lainnya.
- Paviliun Sayap Kiri berfungsi sebagai kantor Rumah Tangga Istana Bogor
- Paviliun Sayap Kanan berfungsi sebagai tempat menginap para pejabat dan staf tamu negara
- Paviliun, terdapat 6 paviliun sebagai berikut :
- Paviliun I-V kini digunakan sebagai tempat menginap para pejabat dan merupakan ruang tunggu para menteri apabila ada acara
- Paviliun VI digunakan sebagai rumah jabatan kepala istal
- Gedung Dyah Bayurini, yang dilengkapi dengan kolam renang digunakan sebagai tempat istirahat Presiden serta keluarganya jika sedang berada di Bogor.
- Gedung Serba Guna yang berfungsi sebagai ruang serba guna: kesenian, pertemuan, tempat artis, dsb.
Denah Istana Bogor (sumber)
Tahap Pemugaran
Pada saat itu dilakukan demolisi karena bangunan lama mengalami kerusakan parah, sehingga diputuskan untuk membuat bangunan baru. Saat ini Istana Bogor merupakan Lingkungan Cagar Budaya Golongan I dan termasuk bangunan pemugaran kelas A, dimana seluruh elemen fasade harus dipertahankan sesuai dengan kondisi aslinya.
*****
sumber : Wikipedia
1 comments:
i like your report. So. how can i get your write about istana Bogor more detail?
Thank you
Post a Comment